BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada
Umumnya pemikiran teoritis itu memiliki kaitan yang erat dengan lingkungan
tempat pemikiran itu dilakukan dan pemikiran teoritis itu permulaan lahirnya
filsafat di Yunani pada abad ke-6 sebelum Masehi dan Yunani merupakan tempat
dimana pemikiran ilmiah mulai tumbuh dan pada zaman itu lahirlah para pemikir
yang mengarah dan menyebabkan filsafat itu dilahirkan.Cirri-ciri umum filsafat
Yunani adalah rasionalisme. Rasionalisme Yunani itu mencapai puncaknya pada
orang-orang sophis untuk melihat rasionalisme sofis perlu dipahami lebih
terdahulu latar belakangnya. Latar belakang itu terletak pada pemikiran
filsafat yang ada sebelumnya. Pada bab selanjutnya penulis akan membahas
tentang filsafat pra Socrates dan tokoh-tokoh filsafat Yunani kuno beserta
pemikirannya , karena bagian ini akan membicarakan asal usul alam semesta yang
menjadi pembicaraan awal filsafat . pembicaraan ini melibatkan lima filsuf
besar dengan sistem pemikirannya yang eksklusif . kemudian dilanjutkan dengan
kjian unsur alam semesta yang melibatkan beberapa filsuf
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan filsafat alam ?
b.
Siapa tokoh filsafat alam ?
c.
Bagaimana sejarah filsafat alam ?
d.
Apa yang dimaksud dengan filsafat alam sebagai
demetologi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat Alam
Filsafat
alam berasal dari bahasa Latin philosophia naturalis
yaitu istilah yang melekat pada pengkajian alam
dan semesta
fisika yang pernah dominan sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern.
Filsafat alam dipandang sebagai pendahulu ilmu
alam
semisal fisika.
Bentuk-bentuk
ilmu pengetahuan
per sejarahnya berkembang di luar filsafat,
atau lebih khususnya filsafat alam. Di universitas-universitas
yang lebih tua, Kursi-Kursi Filsafat Alam yang sudah mapan kini sebagian besar
dikuasai oleh para guru besar fisika. Catatan modern
ilmu pengetahuan dan ilmuwan merujuk pada abad ke-19 (Webster's Ninth New
Collegiate Dictionary menuliskan bahwa asal mula kata "ilmuwan"
adalah dari tahun 1834). Sebelumnya, kata "ilmu pengetahuan" sekadar
berarti pengetahuan dan gelar ilmuwan belumlah wujud. Karya ilmiah Isaac
Newton dari tahun 1687 dikenal sebagai Philosophiæ
Naturalis Principia Mathematica.[1]
B.
Tokoh Filsafat Alam
Berikut
ini akan dijelaskan beberapa filsuf alam dan bergai pemikiranya mengenai alam
semesta:
a. Thales
( 625-545 SM )
Thales
lahir di Miletus, Yunani. Ia bisa dikatakan sebagai filsuf alam. Pemikirannya
yang sangat terkenal adalah zat utama yang menjadi dasar semua kehidupan yaitu
air. Menurut Thales, air yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar dari
segala-galanya. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali menjadi air.[2]
Sebagai
dasar pemikirannya, Thales memberikan argument yang rasional, bahwa
tumbuh-tumbuhan, binatang, lahir ditempat yang lembab, bakteri-bakteri hidup
dan berkembang di tempat yang lembab, bakteri makan sesuatu yang lembab dan
kelembaban bersumber dari air. Dari air itu terjadilah tumbuh-tumbuhan dan
binatang, bahkan tanahpun mengandung air.[3]
b. Anaximandros
( 610 – 547 SM )
Anaximandros
adalah salah satu murid Thales. Anaximandros adalah seorang ahli astronomi dan
ilmu bumi. Ia mempunyai prinsip dasar alam memang tersebut bukanlah dari
jenis benda alam seperti air sebagaimana yang di katakan gurunya. Prinsip dasar
alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia
disebut apeiron.
Apeiron adalah
zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan, tak ada
persamaannya dengan apapun. Segala yang kelihatan itu, yang dapat ditentukan
rupanya dengan panca indera kita. Adalah barang yang mempunyai akhir, yang
berhingga. Oleh karena itu barang asal, yang tidak berhingga, dan
tiada berkeputusan, mustahil salah satu dari barang yang berakhir itu.
Segala
yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Yang panas dibatasi oleh yang
dingin. Dimana bermula yang dingin, disana bermula yang panas. Yang cair
dibatasi oleh yang beku, yang terang oleh yang gelap. Dan bagaimana yang
terbatas itu akan dapat memberikan sifat kepada yang tidak berkeputusan.
Segala
yang tampak dan terasa, segala yang dapat ditentukan rupanya dengan panca
indera kita, semuanya itu mempunyai akhir. Ia timbul (jadi), hidup, mati, dan
lenyap.
Segala
yang berakhir berada dalam kejadian senantiasa, yaitu dalam keadaan berpisah
dari yang satu kepada yang lain. Yang cair menjadi beku dan
sebaliknya. Semuanya itu terjadi dari ada Apeiron dan kembali pula kepada Apeiron.
Jika kita melihat sifat–sifat yang di berikan oleh Anaximandros tentang Apeiron
yaitu sebagai zat / sesuatu yang tak terhingga, tak terbatas, tak dapat di
serupakan dengan alam, maka barang kali yang di maksud dengan Apeiron adalah
Tuhan.[4]
c. Anaximenes
( 590 – 548 SM )
Anaximenes mengatakan,
bahwa intisari alam atau dasarnya pertama ialah udara, karena udaralah yang
meliputi seluruh alam serta udara pulalah yang menjadi dasar hidup bagi manusia
yang amat di perlukan oleh nafasnya.
Aniximenes
yang mencari asal alam, belum memperhatikan benar soal jiwa dalam penghidupan
masyarakat. Kepentingan jiwa itu tampak olehnya dalam perhubungan alam besar
saja. Jiwa itu menyusun tubuh manusia jadi satu dan menjaga supaya tubuh itu
jangan gugur dan bercerai–berai. Juga alam besar itu ada karena udara. Udaralah
yang jadi dasar hidupnya. Kalau tak ada udara, gugurlah semuanya
itu. Makro kosmos (alam) dan Mikro kosmos (manusia) pada
dasarnya satu rupa. Menurut pendapat Anaximenes udara itu benda, materi.
Tetapi walaupun dasar hidup dipandangnya sebagai benda, ia membedakan
juga yang hidup dengan yang mati. Badan mati, karena menghembuskan jiwa itu
keluar. Yang mati tidak berjiwa.
C.
Sejarah Filsafat Alam
Periode
Yunani Kuno lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena
pada periode ini di tandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah
dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya. Mereka
membuat pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan
akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka
mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang
berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.[5]
Para
pemikir filsafat Yunani yang terletak di pesisir Asia kecil. Mereka kagum
terhadap alam yang penuh nuansa dan ritue dan berusaha mencari jawaban atas apa
yang ada di belakang semua misteri itu.
Pada
masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan
penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli
pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan
melaluipoemikirannya. Mereka menanyakan dan mencari jawaban: apakah sebetulnya
alam ini. Apakah inti sarinya? Mungkin yang beraneka warna dalam alam ini dapat
dipulangkan kepada yang satu atau yang tidak banyak itu.[6]
Filsafat
Yunani muncul dari pengaruh mitologi, mistisme, matematika, dan persepsi yang
kental. Para Filsuf Yunani awal menemukan dirinya dalam kenyataan yang patut di
tiru. Kebudayaan mereka kaya akan kreatif, namun dikelilingi oleh orang – orang
yang sportif dan kompotitif.[7]
Filosofi
Grik yang pertama tidak lahir di Tanah Airnya sendiri, melainkan ditanah
perantauan di Asia Minor. Negeri Tanahnya tanah pegunungan; sepanjang daratan
dilalui oleh bukit barisan. Teluk yang banyak, yang jadi perhiasan pantainya,
jauh pula menjorok ke dalam negeri. Oleh karena itu tidak seberapa luas tanah
yang tinggal tempat kediaman orang. Segala tenpat kemudian itupun terpisah –
pisah pula. Sebab itu banyak rakyat Grik yang terpaksa merantau ketanah asing
dan mendirikan negeri baru disana. Berangsur – angsir ,ereka menduduki pulau –
pulau yang berdekatan dengan laut Egia, dan mendiami daratan dipantai Asia
Minor. Rakyat Grik dahulu kala jadi tukang perantau karena keadaaan negerinya.
Mereka
yang merantau itu makmur hidupnya. Mereka hidup dari perniagaan dan pelayaran.
Kemakmuran itu memberi kelonggaran bagi mereka untuk mengerjakan yang lain-lain
selain daripada mencari penghidupan. Waktu yang terluang dipergunakannya untuk
memperkuat kemuliaan hidup dengan seni dan buah pikiran.
Itulah
sebabnya, maka literatur dan filosofi Yunani yang mula-mula lahir di daerah
perantauan itu. Yang sangat kesohor dan makmur di waktu itu ialah
kota Miletosdi Asia Minor. Puncak kemakmurannya terdapat di abad yang ke
enam sebelum Isa. Di sanalah pula tempat kediaman filosof-filosof Grik yang
pertama sebagai Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Mereka
disebut filosof alam, sebab tujuan filosofi mereka ialah memikirkan
soal alam besar. Dari mana terjadinya alam, itulah yang terjadi soal bagi
mereka.[8]
D.
Filsafat Alam sebagai Sikap Demetologi
Dalam
pemikiran metodologi filsafat memiliki pemikiran tentang Tuhan, manusia, dan
alam. Pemikiran sebagai Tuhan dalam metodologi Tuhan dianggap sebagai masalah
pokok dalam setiap agama dan filsafat.
Menurut
pemikiran manusia ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu. Perasaan ini
merupakan salah satu ciri khas manusia. Rasa ingin tahu berkembang, baik tentang
dirinya sendiri maupun benda-benda di sekelilingnya dan rasa yang seperti itu
tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.
Bedasarkan
pemikiran alam, hukum alam juga membatasi manusia untuk bebas bertindak,
seperti dia tidak dapat tinggal dalam air seperti ikan dan tidak mampu menolak
kematian. Artinya manusia kendati bebas memilih, tetapi pilihan itu tidak
mutlak dikerjakan. Manusia memang dibatasi dengan hukum alam, ruang, dan waktu.
Namun, dalam bidang metafisika, terutama agama manusia lebih bebas sebab yang
membatasinya tidak ada dalam bentuk materi.[9]
Filsafat
alam merupakan bentuk lahirnya sebuah pemikiran manusia dalam memahami sesuatu
melalui akalnya. Pada abad ke- 6 SM, perkembangan terjadi disejumlah tempat
terpisah di seluruh dunia. Di berbagai wilayah, seperti Timur Mediterania,
Cina, India, Yunani, para pemikir kreatif mulai memahami fenomena alam dengan
akalnya.mereka menentang mitologi, kepercayaan, religi masyarakatnya yang masih
berfikir abstrak. Mereka adalah filosof yang mencari kebenaran dan
jawaban- jawaban logika.
Mereka
adalah orang- orang pintar, orang bijak yang percaya akan kecerdasannya
sendiri, bersikap kritis terhadap opini populer, dan persuasive terhadap para
pengikutnya. Mereka menolak mitos bahwa kehidupan ini lahir hasil dari
persetubuhan langit dan bumi. Bahwa venus muncul dari lautan zeus.
Mereka
menolak dengan tegas konsep tentang hakikat sesuatu yang berhubungan dengan
dewi- dewi, dengan memahami sesuatu sehingga membuat pertanyaan terjawab dengan
jawaban kehendak dewa menurut penyair Hesiod, yang pertama adalah Chaos, bukan
dalam arti kekacauan yang sempurna, melainkan dalam sebuah ketiadaan bentuk
barangkali Hesiod ingin menerangkan jurang antara langit dan bumi.
Dalam
kosmologi yunani kuno dunia dibayangkan sebuah cakram bundar yang datar,
ditangkupi sebuah cawan yang kita lihat sebagai langit. Di bawahnya dunia yang
dihinggapi oleh sesuatu yang mirip batang pohon. Dunia berakar dalam hades,
dunia bawah, alam yang paling gelap.
Nalar
mulai mencermati alam. Dia berfikir bahwa alam semesta ini bisa dipahami oleh
alam bukan mitos dan takhayul. Dia membuat teori bahwa asal usul alam ini
adalah terbuat dari air. Dia berpendapat bahwa sebagian besar bumi ini adalah
air.[10]
Orang
Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai system kepercayaan, bahwa segala
sesuatu harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos.
Artinya suatu kebenaran lewat akal piker (logos) tidak berlaku, yang berlaku
hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos.
Setelah
abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka
menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini yang jawabannya dapat
diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini disebut sebagai suatu
demitologi. Upaya para ahli piker untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan
berpikir ini kemudian banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang
dilandasi kekuatan akal pikir secara murni. Maka timbullah peristiwa ajaib “The
Greek Miracle” yang nantinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
Gerakan
demitologi yang dilakukan oleh Socrates, Plato, dan Aristoteles telah
menjadikan filsafat mampu mencapai perkembangan yang mencenangkan. Sejak itu
filsafat yang bercorak motologis berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang
praktis dan mulai menjarak dengan aspek-aspek mistik. Indikatornya terlihat
dari pernyataan Aristoteles bahwa filsafat adalah aktivitas pemikiran yang
dapat dipertanggungjawabkan, ilmu harus bebas dari ikatan keyakinan dan bebas
dari doktrin dan pemahaman yang kaku. Keberanian Aristoteles dalam dunia
pemikiran empiris dan rasional ini, telah dipuja para ilmuan barat modern
sebagai pemikirnya yang sulit ditemukan kesalahannya. Ilmuan modern merasa
kesulitan untuk meyakini behawa pemikiran Aristoteles mengandung kelemahan dan
kesalahan, meskipun Aristoteles sendiri tidak pernah mengklaim pemikiran
dirinya sebagai sebuah teori yang selalu benar.[11]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat
alam merupakan yang melekat pada pengkajian alam
dan semesta
fisika yang pernah dominan sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern.
Berikut
ini akan dijelaskan beberapa filsuf alam dan bergai pemikiranya mengenai alam
semesta:
a)
Thales ( 625-545
SM )Pemikirannya yang sangat terkenal adalah zat utama yang menjadi dasar semua
kehidupan yaitu air. Menurut Thales, air yang cair itu adalah pangkal, pokok
dan dasar dari segala-galanya. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali
menjadi air
b)
Anaximandros (
610 – 547 SM )Ia mempunyai prinsip dasar alam memang tersebut bukanlah
dari jenis benda alam seperti air sebagaimana yang di katakan gurunya. Prinsip
dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh
dia disebut apeiron
c)
Anaximenes ( 590
– 548 SM )Anaximenes mengatakan, bahwa intisari alam atau dasarnya
pertama ialah udara, karena udaralah yang meliputi seluruh alam serta udara
pulalah yang menjadi dasar hidup bagi manusia yang amat di perlukan oleh
nafasnya.
Filsafat alam merupakan bentuk lahirnya
sebuah pemikiran manusia dalam memahami sesuatu melalui akalnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmadi,
Asmoro, Filsafat Umum, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2005
Adib,
Muhammad, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
Hatta,
Mohammad, Alam Pikiran Yunani, Jakarta: Tintamas, 1986
Maksum,
Ali, Pengantar Filsafat, Yogyakarta:Ar-Ruzz Media,2008
Praja,
Juhaya S, Aliran-Aliran Filsafat & Etika, Jakarta:Kencana, 2008
Poedjawijatna, Pembimbing
Ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990
[1]Wikipedia, Pengertian Filsafat
Alam, http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_alam,
diakses pada tanggal 12 Nopember 2014.
[4] Imeh, Filsafat Alam, http://imehtinky.blogspot.com/2013/04/filsafat-alam-sebagai-sikap-demitolog, diakses pada tanggal 12
Nopember 2014.
[9] Annisa Septiani, Alam sebagai
Demetologi, http://annisasiiaenby.blogspot.com/2013/11/filsafat-umum.htm, diakses pada tanggal 12
Nopember 2014.
[10] Harun Nasution, The One dan
Many, http://harun-nasution.blogspot.com/2012/08/the-one-dan-many.htm, diakses pada tanggal 12
Nopember 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar