Kamis, 13 November 2014

Filsafat Umum Demetologi

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Pada Umumnya pemikiran teoritis itu memiliki kaitan yang erat dengan lingkungan tempat pemikiran itu dilakukan dan pemikiran teoritis itu permulaan lahirnya filsafat di Yunani pada abad ke-6 sebelum Masehi dan Yunani merupakan tempat dimana pemikiran ilmiah mulai tumbuh dan pada zaman itu lahirlah para pemikir yang mengarah dan menyebabkan filsafat itu dilahirkan.Cirri-ciri umum filsafat Yunani adalah rasionalisme. Rasionalisme Yunani itu mencapai puncaknya pada orang-orang sophis untuk melihat rasionalisme sofis perlu dipahami lebih terdahulu latar belakangnya. Latar belakang itu terletak pada pemikiran filsafat yang ada sebelumnya. Pada bab selanjutnya penulis akan membahas tentang filsafat pra Socrates dan tokoh-tokoh filsafat Yunani kuno beserta pemikirannya , karena bagian ini akan membicarakan asal usul alam semesta yang menjadi pembicaraan awal filsafat . pembicaraan ini melibatkan lima filsuf besar dengan sistem pemikirannya yang eksklusif . kemudian dilanjutkan dengan kjian unsur alam semesta yang melibatkan beberapa filsuf
B.            Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan filsafat alam ?
b.      Siapa tokoh filsafat alam ?
c.       Bagaimana sejarah filsafat alam ?
d.      Apa yang dimaksud dengan filsafat alam sebagai demetologi ?



BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Filsafat Alam
Filsafat alam berasal dari bahasa Latin philosophia naturalis yaitu istilah yang melekat pada pengkajian alam dan semesta fisika yang pernah dominan sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Filsafat alam dipandang sebagai pendahulu ilmu alam semisal fisika.
Bentuk-bentuk ilmu pengetahuan per sejarahnya berkembang di luar filsafat, atau lebih khususnya filsafat alam. Di universitas-universitas yang lebih tua, Kursi-Kursi Filsafat Alam yang sudah mapan kini sebagian besar dikuasai oleh para guru besar fisika. Catatan modern ilmu pengetahuan dan ilmuwan merujuk pada abad ke-19 (Webster's Ninth New Collegiate Dictionary menuliskan bahwa asal mula kata "ilmuwan" adalah dari tahun 1834). Sebelumnya, kata "ilmu pengetahuan" sekadar berarti pengetahuan dan gelar ilmuwan belumlah wujud. Karya ilmiah Isaac Newton dari tahun 1687 dikenal sebagai Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica.[1]
B.            Tokoh Filsafat Alam
Berikut ini akan dijelaskan beberapa filsuf alam dan bergai pemikiranya mengenai alam semesta:
a.      Thales ( 625-545 SM )
Thales lahir di Miletus, Yunani. Ia bisa dikatakan sebagai filsuf alam. Pemikirannya yang sangat terkenal adalah zat utama yang menjadi dasar semua kehidupan yaitu air. Menurut Thales, air yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar dari segala-galanya. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali menjadi air.[2]
Sebagai dasar pemikirannya, Thales memberikan argument yang rasional, bahwa tumbuh-tumbuhan, binatang, lahir ditempat yang lembab, bakteri-bakteri hidup dan berkembang di tempat yang lembab, bakteri makan sesuatu yang lembab dan kelembaban bersumber dari air. Dari air itu terjadilah tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan tanahpun mengandung air.[3]
b.     Anaximandros ( 610 – 547 SM )
Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Anaximandros adalah seorang ahli astronomi dan ilmu bumi. Ia mempunyai prinsip dasar alam memang tersebut bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagaimana yang di katakan gurunya. Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut apeiron.
Apeiron adalah zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan, tak ada persamaannya dengan apapun. Segala yang kelihatan itu, yang dapat ditentukan rupanya dengan panca indera kita. Adalah barang yang mempunyai akhir, yang berhingga. Oleh karena itu barang asal, yang tidak berhingga, dan tiada berkeputusan, mustahil salah satu dari barang yang berakhir itu.
Segala yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Yang panas dibatasi oleh yang dingin. Dimana bermula yang dingin, disana bermula yang panas. Yang cair dibatasi oleh yang beku, yang terang oleh yang gelap. Dan bagaimana yang terbatas itu akan dapat memberikan sifat kepada yang tidak berkeputusan.
Segala yang tampak dan terasa, segala yang dapat ditentukan rupanya dengan panca indera kita, semuanya itu mempunyai akhir. Ia timbul (jadi), hidup, mati, dan lenyap.
Segala yang berakhir berada dalam kejadian senantiasa, yaitu dalam keadaan berpisah dari yang satu kepada yang lain.  Yang cair menjadi beku dan sebaliknya. Semuanya itu terjadi dari ada Apeiron dan kembali pula kepada Apeiron. Jika kita melihat sifat–sifat yang di berikan oleh Anaximandros tentang Apeiron yaitu sebagai zat / sesuatu yang tak terhingga, tak terbatas, tak dapat di serupakan dengan alam, maka barang kali yang di maksud dengan Apeiron adalah Tuhan.[4]
c.      Anaximenes ( 590 – 548 SM )
Anaximenes  mengatakan, bahwa intisari alam atau dasarnya pertama ialah udara, karena udaralah yang meliputi seluruh alam serta udara pulalah yang menjadi dasar hidup bagi manusia yang amat di perlukan oleh nafasnya.
Aniximenes yang mencari asal alam, belum memperhatikan benar soal jiwa dalam penghidupan masyarakat. Kepentingan jiwa itu tampak olehnya dalam perhubungan alam besar saja. Jiwa itu menyusun tubuh manusia jadi satu dan menjaga supaya tubuh itu jangan gugur dan bercerai–berai. Juga alam besar itu ada karena udara. Udaralah yang jadi dasar hidupnya. Kalau tak ada udara, gugurlah semuanya itu. Makro kosmos (alam) dan Mikro kosmos (manusia) pada dasarnya satu rupa. Menurut pendapat Anaximenes udara itu benda, materi. Tetapi walaupun dasar hidup dipandangnya sebagai benda, ia membedakan juga yang hidup dengan yang mati. Badan mati, karena menghembuskan jiwa itu keluar. Yang mati tidak berjiwa.
C.           Sejarah Filsafat Alam
Periode Yunani Kuno lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini di tandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya. Mereka membuat pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.[5]
Para pemikir filsafat Yunani yang terletak di pesisir Asia kecil. Mereka kagum terhadap alam yang penuh nuansa dan ritue dan berusaha mencari jawaban atas apa yang ada di belakang semua misteri itu.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melaluipoemikirannya. Mereka menanyakan dan mencari jawaban: apakah sebetulnya alam ini. Apakah inti sarinya? Mungkin yang beraneka warna dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu atau yang tidak banyak itu.[6]
Filsafat Yunani muncul dari pengaruh mitologi, mistisme, matematika, dan persepsi yang kental. Para Filsuf Yunani awal menemukan dirinya dalam kenyataan yang patut di tiru. Kebudayaan mereka kaya akan kreatif, namun dikelilingi oleh orang – orang yang sportif dan kompotitif.[7]
Filosofi Grik yang pertama tidak lahir di Tanah Airnya sendiri, melainkan ditanah perantauan di Asia Minor. Negeri Tanahnya tanah pegunungan; sepanjang daratan dilalui oleh bukit barisan. Teluk yang banyak, yang jadi perhiasan pantainya, jauh pula menjorok ke dalam negeri. Oleh karena itu tidak seberapa luas tanah yang tinggal tempat kediaman orang. Segala tenpat kemudian itupun terpisah – pisah pula. Sebab itu banyak rakyat Grik yang terpaksa merantau ketanah asing dan mendirikan negeri baru disana. Berangsur – angsir ,ereka menduduki pulau – pulau yang berdekatan dengan laut Egia, dan mendiami daratan dipantai Asia Minor. Rakyat Grik dahulu kala jadi tukang perantau karena keadaaan negerinya.
Mereka yang merantau itu makmur hidupnya. Mereka hidup dari perniagaan dan pelayaran. Kemakmuran itu memberi kelonggaran bagi mereka untuk mengerjakan yang lain-lain selain daripada mencari penghidupan. Waktu yang terluang dipergunakannya untuk memperkuat kemuliaan hidup dengan seni dan buah pikiran.
Itulah sebabnya, maka literatur dan filosofi Yunani yang mula-mula lahir di daerah perantauan itu. Yang sangat kesohor dan makmur di waktu itu ialah kota Miletosdi Asia Minor. Puncak kemakmurannya terdapat di abad yang ke enam sebelum Isa. Di sanalah pula tempat kediaman filosof-filosof Grik yang pertama sebagai Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Mereka disebut filosof alam, sebab tujuan filosofi mereka ialah memikirkan soal alam besar. Dari mana terjadinya alam, itulah yang terjadi soal bagi mereka.[8]
D.           Filsafat Alam sebagai Sikap Demetologi
Dalam pemikiran metodologi filsafat memiliki pemikiran tentang Tuhan, manusia, dan alam. Pemikiran sebagai Tuhan dalam metodologi Tuhan dianggap sebagai masalah pokok dalam setiap agama dan filsafat.
Menurut pemikiran manusia ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu. Perasaan ini merupakan salah satu ciri khas manusia. Rasa ingin tahu berkembang, baik tentang dirinya sendiri maupun benda-benda di sekelilingnya dan rasa yang seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.
Bedasarkan pemikiran alam, hukum alam juga membatasi manusia untuk bebas bertindak, seperti dia tidak dapat tinggal dalam air seperti ikan dan tidak mampu menolak kematian. Artinya manusia kendati bebas memilih, tetapi pilihan itu tidak mutlak dikerjakan. Manusia memang dibatasi dengan hukum alam, ruang, dan waktu. Namun, dalam bidang metafisika, terutama agama manusia lebih bebas sebab yang membatasinya tidak ada dalam bentuk materi.[9]
Filsafat alam merupakan bentuk lahirnya sebuah pemikiran manusia dalam memahami sesuatu melalui akalnya. Pada abad ke- 6 SM, perkembangan terjadi disejumlah tempat terpisah di seluruh dunia. Di berbagai wilayah, seperti Timur Mediterania, Cina, India, Yunani, para pemikir kreatif mulai memahami fenomena alam dengan akalnya.mereka menentang mitologi, kepercayaan, religi masyarakatnya yang masih berfikir abstrak. Mereka  adalah filosof yang mencari kebenaran dan jawaban- jawaban logika.
Mereka adalah orang- orang pintar, orang bijak yang percaya akan kecerdasannya sendiri, bersikap kritis terhadap opini populer, dan persuasive terhadap para pengikutnya. Mereka menolak mitos bahwa kehidupan ini lahir hasil dari persetubuhan langit dan bumi. Bahwa venus muncul dari lautan zeus.
Mereka menolak dengan tegas konsep tentang hakikat sesuatu yang berhubungan dengan dewi- dewi, dengan memahami sesuatu sehingga membuat pertanyaan terjawab dengan jawaban kehendak dewa menurut penyair Hesiod, yang pertama adalah Chaos, bukan dalam arti kekacauan yang sempurna, melainkan dalam sebuah ketiadaan bentuk barangkali Hesiod ingin menerangkan jurang antara langit dan bumi.
Dalam kosmologi yunani kuno dunia dibayangkan sebuah cakram bundar yang datar, ditangkupi sebuah cawan yang kita lihat sebagai langit. Di bawahnya dunia yang dihinggapi oleh sesuatu yang mirip batang pohon. Dunia berakar dalam hades, dunia bawah, alam yang paling gelap.
Nalar mulai mencermati alam. Dia berfikir bahwa alam semesta ini bisa dipahami oleh alam bukan mitos dan takhayul. Dia membuat teori bahwa asal usul alam ini adalah terbuat dari air. Dia berpendapat bahwa sebagian besar bumi ini adalah air.[10]
Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai system kepercayaan, bahwa segala sesuatu harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos. Artinya suatu kebenaran lewat akal piker (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos.
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini yang jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini disebut sebagai suatu demitologi. Upaya para ahli piker untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berpikir ini kemudian banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni. Maka timbullah peristiwa ajaib “The Greek Miracle” yang nantinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
Gerakan demitologi yang dilakukan oleh Socrates, Plato, dan Aristoteles telah menjadikan filsafat mampu mencapai perkembangan yang mencenangkan. Sejak itu filsafat yang bercorak motologis berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang praktis dan mulai menjarak dengan aspek-aspek mistik. Indikatornya terlihat dari pernyataan Aristoteles bahwa filsafat adalah aktivitas pemikiran yang dapat dipertanggungjawabkan, ilmu harus bebas dari ikatan keyakinan dan bebas dari doktrin dan pemahaman yang kaku. Keberanian Aristoteles dalam dunia pemikiran empiris dan rasional ini, telah dipuja para ilmuan barat modern sebagai pemikirnya yang sulit ditemukan kesalahannya. Ilmuan modern merasa kesulitan untuk meyakini behawa pemikiran Aristoteles mengandung kelemahan dan kesalahan, meskipun Aristoteles sendiri tidak pernah mengklaim pemikiran dirinya sebagai sebuah teori yang selalu benar.[11]



BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Filsafat alam merupakan yang melekat pada pengkajian alam dan semesta fisika yang pernah dominan sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa filsuf alam dan bergai pemikiranya mengenai alam semesta:
a)             Thales ( 625-545 SM )Pemikirannya yang sangat terkenal adalah zat utama yang menjadi dasar semua kehidupan yaitu air. Menurut Thales, air yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar dari segala-galanya. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali menjadi air
b)             Anaximandros ( 610 – 547 SM )Ia mempunyai prinsip dasar alam memang tersebut bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagaimana yang di katakan gurunya. Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut apeiron
c)             Anaximenes ( 590 – 548 SM )Anaximenes  mengatakan, bahwa intisari alam atau dasarnya pertama ialah udara, karena udaralah yang meliputi seluruh alam serta udara pulalah yang menjadi dasar hidup bagi manusia yang amat di perlukan oleh nafasnya.
Filsafat alam merupakan bentuk lahirnya sebuah pemikiran manusia dalam memahami sesuatu melalui akalnya.



DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro, Filsafat Umum, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2005
Adib, Muhammad, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
Hatta, Mohammad, Alam Pikiran Yunani, Jakarta: Tintamas, 1986
Maksum, Ali, Pengantar Filsafat, Yogyakarta:Ar-Ruzz Media,2008
Praja, Juhaya S, Aliran-Aliran Filsafat & Etika, Jakarta:Kencana, 2008
Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990




[1]Wikipedia, Pengertian Filsafat Alam,  http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_alam, diakses pada tanggal 12 Nopember 2014.
[2] Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media,2008),hal. 44
[3] Juhaya S Praja, Aliran-Aliran Filsafat & Etika, (Jakarta:Kencana, 2008),hal 74
[4] Imeh, Filsafat Alam, http://imehtinky.blogspot.com/2013/04/filsafat-alam-sebagai-sikap-demitolog, diakses pada tanggal 12 Nopember 2014.
[5] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum ( Jakarta:PT. RAJA GRAFINDO PERSADA, 2005 ), hal.32-33
[6] Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat ( jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1990 ), hal.22
[7] Muhammad Adib, Filsafat Ilmu ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 ), hal. 26 – 27
[8] Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani ( Jakarta: Tintamas, 1986 ), hal.5
[9] Annisa Septiani, Alam sebagai Demetologi, http://annisasiiaenby.blogspot.com/2013/11/filsafat-umum.htm, diakses pada tanggal 12 Nopember 2014.
[10] Harun Nasution, The One dan Many, http://harun-nasution.blogspot.com/2012/08/the-one-dan-many.htm, diakses pada tanggal 12 Nopember 2014.
[11] Ibid,. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar