BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam
pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa
pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa,
tetapi pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran siswa itu sendiri.
Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered),
tetapi yang lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada
siswa (student centered). Dalam kondisi seperti ini, guru atau pengajar
lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran. Jadi, siswa atau
pebelajar sebaiknya secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar, berupa
lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah guru itu sendiri, siswa lain,
kepala sekolah, petugas perpustakaan, bahan atau materi ajar (berupa buku,
modul, selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang sejenis), dan
berbagai sumber belajar serta fasilitas (OHP, perekam pita audio dan video,
radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber
belajar, termasuk alam sekitar).
Bertitik
tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar mengajar pada
hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi
atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima
pesan (siswa/pebelajar atau mungkin juga guru). Menurut Criticos penyampaian pesan ini bisa dilakukan melalui
simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal atau visual,
yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan. Adakalanya proses penafsiran
tersebut berhasil dan terkadang mengalami kegagalan. Kegagalan ini bisa saja
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya adanya hambatan
psikologis (yang menyangkut minat, sikap, kepercayaan, inteligensi, dan
pengetahuan), hambatan fisik berupa kelelahan, keterbatasan daya alat
indera, dan kondisi kesehatan penerima pesan. Faktor lain yang juga berpengaruh
adalahhambatan kultural (berupa perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial,
kepercayaan dan nilai-nilai panutan), dan hambatan lingkungan yaitu
hambatan yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar (Sadiman,
dkk., 1990). Untuk mengatasi kemungkinan hambatan-hambatan yang terjadi selama
proses penafsiran dan agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, maka
sedapat mungkin dalam penyampaian pesan (isi/materi ajar) dibantu dengan
menggunakan media pembelajaran. Diharapkan dengan pemanfaatan sumber belajar
berupa media pembelajaran, proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar
berlangsung lebih efektif (Gagne, 1985) dan efisien. Perkembangan ilmu dan
teknologi semakin mendorong usaha-usaha ke arah pembaharuan dalam memanfaatkan
hasil-hasil teknologi dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya,
guru (pengajar) diharapkan dapat menggunakan alat atau bahan pendukung proses
pembelajaran, dari alat yang sederhana sampai alat yang canggih (sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan jaman). Bahkan mungkin lebih dari itu, guru
diharapkan mampu mengembangkan keterampilan membuat media pembelajarannya
sendiri. Oleh karena itu, guru (pengajar) harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994):
(i) media sebagai alat komunikasi agar lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar; (ii) fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan; (iii)
hubungan antara metode mengajar dengan media yang digunakan; (iv) nilai atau
manfaat media dalam pengajaran; (v) pemilihan dan penggunaan media
pembelajaran; (vi) berbagai jenis alat dan teknik media pembelajaran; dan (vii)
usaha inovasi dalam pengadaan media pembelajaran.
Sumber belajar merupakan salah satu faktor yang
penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran.
Penggunaan
dan pemanfaatan sumber belajar yang beragam, baik
dari kategori yang dirancang (by design) maupun yang
dimanfaatkan (by utilization),
pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal, efektif,
dan efisien. Moldstad (dalam Harsya W Bachtiar, 1984) menyatakan bahwa
teknologi instruksional dalam proses pembelajaran akan dapat menimbulkan
kondisi-kondisi positif, seperti :
Belajar
lebih banyak terjadi jika media diintegrasikan dengan program instruksional
yang tradisional. Jumlah belajar yang setara sering dapat tercapai dalam waktu
yang lebih singkat dengan menggunakan teknologi instruksional.
Program
instruksional dengan menggunakan berbagai media yang didasarkan pada suatu
pendekatan sistem, seringkali memudahkan siswa dalam belajar secara lebih
efektif.
Program-program
multi media dan atau tutorial audio untuk pembelajaran biasanya lebih disukai
siswa bila dibandingkan dengan pengajaran tradisional.
Pemilihan
dan penggunaan media dan sumber belajar memiliki beberapa kriteria yang harus
diperhatikan oleh guru. Serta penggunaannya pun hendaknya sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat membantu tercapainya
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Jelaskan
pengertian media dan sumber belajar !
2.
Jelaskan
penggunaan media dan sumber belajar !
3.
Bagaimana pemilihan
media dan sumber belajar !
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kata
media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah,
perantara atau pengantar. Gerlacch dan Ely mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membagun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan
media. Secara lebih khusus pengertian media adalah proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Heinich
mengemukakan bahwa medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber
dan penerima.
Media
pendidikan digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media
komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hambalik. Dimana ia melihat bahwa
hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila
menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.
Media pembelajaran yang
dirancang dengan baik dapat merangsang timbulnya proses/dialog mental pada diri
siswa. Media pembelajaran tersebut berhasil menyalurkan pesan/bahan ajar
apabila kemudian terjadi perubahan tingkah laku (behavioral change) pada
diri siswa.[1]
Sumber
belajar adalah guru dan bahan-bahan pelajaran/bahan pengajaran baik buku-buku
bacaan atau semacamnya. Dalam desain pengajaran yang biasa disusun guru
terdapat salah satu komponen pengajaran yang dirancang berupa sumber
belajar/pengajaran yang umunya diisi dengan buku-buku rujukan (buku bacaan
wajib/anjuran). Pengertian sumber belajar sesungguhnya tidak
sesempit/sesederhana itu. Menurut Sri Joko Yunanto (2004) sumber belajar adalah bahan yang mencakup
media belajar, alat peraga, alat permainan untuk memberikan informasi maupun
berbagai ketrampilan kepada anak maupun orang dewasa yang berperan mendampingi
anak dalam belajar.
Arif S Sadiman berpendapat bahwa, segala macam
sumber yang ada di luar diri seseorang dan yang memungkinkan/memudahkan
terjadinya proses belajar disebut sebagai sumber belajar.
Edgar
Dale berpendapat, bahwa yang disebut sumber belajar itu pengalaman. Ia
mengklasifikasikan pengalaman yang dapat dipakai sebagai sumber belajar menurut
jenjang tertentu yang berbentuk Cone of Experince atau kerucut pengalaman yang
disusun dari konkret sampai yang abstrak yang tercantum dalam audio visual
methods in teaching.[2]
B.
Penggunaan
Media dan Sumber Belajar
Penggunaan Media
Pembelajaran
a. Penggunaaan
media grafis
1) Bagan dan diagram
Bagan
sebagai salah satu bagian dari media grafis memiliki format yang beragam
disesuaikan dengan tujuan dan karakteristik bahan ajar yang akan disajikan.
Sebenarnya guru dapat membuat sendiri bagan dan diagram segaia pelengkap media
lain, bahkan dapat juga melibatkan siswa dalam pembuatan bagan dan diagram
tersebut.
Agar
bagan atau diagram yang dibuat dapat dipergunakan secara efektif, ada beberapa
saran yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu :
ü Buatlah
perencanaan terlebih dahulu berupa sket/garis besar tentang isi bahan ajar yang
akan dituangkan ke dalam bagan atau diagram.
ü Usahakan
membuat bagan yang sederhana tetapi tepat sasaran. Bagan atau diagram yang baik
itu hanya menyajikan satu gagasan utama.
ü Untuk
kelas yang cukup besar, buatlah bagan atau diagram yang cukup besar pula agar
dapat dilihat dan terbaca oleh semua siswa.
ü Buatlah
bagan atau diagram itu semenarik mungkin, misal dengan dengan menggunakan warna
yang kontras untuk menimbulkan kesan penonjolan/penekanan.
ü Warna
yang digunakan sebaiknya jangan berlebihan, tapi perlu disesuaikan agar
harmonis dan menarik perhatian siswa.
2) Grafik
Secara
umum terdapat empat jenis grafik yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran yaitu grafik batang (bar graphs), grafik
pictorial (pictorial graphs), grafik lingkaran (circle/pie
graphs) dan grafik garis (line graphs).
3) Poster
Poster
yang baik sifatnya harus dinamis, sederhana, menarik perhatian dan tidak
memerlukan pikiran siswa terlalu terperinci dan rumit. Pada prinsipnya
pengguanaan poster dalam proses belajar mengajar yaitu untuk menyampaikan pesan
atau gagasan dalam bentuk ilustrasi gambar yang disederhanakan dan dibuat dalam
ukuran besar dengan tujuan untuk menarik perhatian siswa, membujuk atau memotivasi,
dan memberikan peringatan. Oleh karena itu, poster yang digunakan harus
menarik, enak dipandang, sedikit kata-kata yang dipakai dan hanya kata-kata
kunci saja yang ditonjolkan.
4) Kartun
Kartun
merupakan media yang cukup unik untuk menyampaikan pesan atau gagasan yang
terkait dengan bahan ajar kepada siswa. Kelas akan terlihat apabila menggunakan
media kartun ini. Sebab kartun biasanya memiliki ciri khas misalnya menggunakan
karikatur yang lucu, sindiran-sindiran, atau berisi humor yang memiliki tujuan.
Kartun akan membuat siswa senang dan tertawa dengan humor dan kelucuannya namun
terarah pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan penggunaan kartun
ini dapat memberikan motivasi dan menarik perhatian siswa serta dapat
menumbuhkan minat belajar.
b. Media tiga dimensi (realia dan model)
Seperti
yang telah dijelaskan diawal, model merupakan tiruan dari beberapa objek nyata,
seperti objek yang terlalu jauh, terlalu dekat, terlalu mahal dan sebagainya.
Model dapat dikelompokkan ke dalam :
1) Model padat (solid model)
Biasanya
memperlihatkan bagian permukaan dari suatu objek dan membuang bagian-bagian
yang membingungkan gagasan utamanya, seperti bentuknya, warnanya maupun
susunannya. Contoh model ini adalah patung para pahlawan, patung binatang,
patung bentuk tugu Monas dalam ukuran kecil dan sebagainya.
2) Model penampang (cutaway model)
Mempertunjukkan
bagaimana sebuah objek terlihat apabila bagian permukaan objek ini tersebut
diangkat atau dipotong untuk mengetahui susunan didalamnya. Model penampang ini
dapat memperjelas objek yang sesungguhnya karena bisa diperbesar atau
diperkecil. Contoh model penampang adalah model lapisan bumi, model batang
tumbuhan, model bola mata manusia, dan sebagainya.
3) Model susun (build model)
Merupakan
susunan yang terdiri atas beberapa objek yang lengkap atau sedikitnya suatu
bagian penting dari objek tersebut. Contoh model susun adalah torso yang
memperlihatkan anatomi tubuh manusia, susunan dari suatu bel listrik dan
sebagainya.
4) Model kerja (working model)
Merupakan
tiruan yang memperlihatkan proses kerja dari suatu objek studi. Contoh model
kerja yaitu model pesawat telepon, model perahu dayung, mesin uap, gergaji,
pompa air dan sebagainya.
5) Mock-up
Merupakan
penyederhanaan dari susunan bagian pokok suatu proses yang lebih rumit. Susunan
nyatanya diubah sehingga proses itu mudah dimengerti oleh siswa. Contoh dari
mock-up adalah susunan perangkap tikus, jaringan listrik pedesaan, sistem
irigasi, dan sebagainya.
6) Diorama
Diorama
adalah sebuah bentuk tiruan tiga dimensi mini yang bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang suasana atau keadaan yang sebenarnya. Diorama biasanya terdiri
atas objek-objek yang ditempatkan pada suatu pentas mini yang berlatar belakang
suatu lukisan yang mendukung penyajiannya. Contoh-contoh diorama misalnya
suasana yang menggambarkan terjadinya perang di suatu
daerah, interior pada sebuah gua, keadaan sebuah pabrik/industry dan
sebagainya.
7) Realia
Merupakan
alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman
langsung kepada peserta didik. Media ini merupakan model dan objek nyata dari
suatu benda, seperti mata uang, tumbuhan, binatang, batuan, air, tanah dan
sebagainya.
Jika
guru tertarik untuk menggunakan media tiga dimensi, baik model (tiruan)maupun
benda nyata (realia), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
ü Gunakan
objek tersebut (model dan realia) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
proses belajar mengajar.
ü Gunakan
hanya objek-objek yang tepat/cocok saja, jangan menggunakan terlalu
bermacam-macam objek sebab bisa membingungkan siswa.
ü Bila
menggunakan beberapa objek, hendaknya objek tersebut satu sama lain
berhubungan.
ü Perhatikan
bentuk dan ukuran objek yang digunakan agar bisa dilihat oleh kelas secara
keseluruhan.
ü Jangan
terlalu banyak memberikan penjelasan, sebab biasanya perhatian siswa tertuju
pada objek yang ada bukan kepada penjelasan sehingga penjelasan menjadi kurang
efektif.
ü Doronglah
siswa untuk bertanya, berdiskusi atau memberikan tanggapan/kritik, sebab dengan
kegiatan tersebut siswa akan belajar lebih aktif.[3]
Penggunaan Sumber
Belajar
Dalam
memamfaatkan sumber belajar secara lebih luas, hendaknya seorang guru memahami
lebih dahulu beberapa kualifikasi yang dapat menunjuk pada sesuatu untuk
dipergunakan sebagai sumber belajar dalam proses pengajaran.
Secara
umum, guru sebelum mengambil keputusan terhadap penentuan sumber belajar, ia
perlu mempertimbangkan segi-segi berikut ini :
1.
Ekonomis atau
biaya, untuk penggunaan suatu sumber belajar. Misalnya : overhead (OHP) beserta
transparansinya, video tape/tv beserta cassette-nya dan sebagainya.
2.
Teknisi, yaitu
guru atau pihak lain yang mengoperasikan suatu alat tertentu yang dijadikan
sumber belajar.
3.
Bersifat praktis
dan sederhana, yaitu mudah dijangkau, mudah dilaksanakan dan tidak begitu
sulit.
4.
Bersifat
fleksibel yaitu sesuatu yang dimamfaatkan sebagai sumber belajar jangan
bersifat kaku, tapi harus mudah dikembangkan, bias dimamfaatkan untuk mencapai
tujuan pengajaran, tidak mudah dipengaruhi oleh factor lain.
5.
Relevan dengan
tujuan pengajaran dan komponen-komponen pengajaran lainya.
6.
Dapat membantu
efesien dan kemudahan pencapaian tujuan pengajaran/belajar.
7.
Memiliki nilai
positif bagi proses/aktivitas pengajaran khususnya peserta didik
8.
Sesuai dengan
interaksi dan strategi pengajaran yang telah dirancang sedang dilaksanakan.
Dari
segi nilai kegunaan untuk mencapai tujuan pengajaran, maka guru perlu memahami
jenis-jenis sumber belajar yang mana dibutuhkan bagi pengajaran misalnya:
1.
Penggunaan
sumber belajar dalam rangka memotivasi, khususnya untuk menigkatkan motivasi
peserta didik yang rendah semangat belajar, dan sebagainya.
2.
Penggunaan
sumber belajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran, menjadi daya dukung
kegiatan pengajaran, misalnya dengan cara memperluas atau memperjelas pelajaran
dengan suatu sumber belajar yang relevan.
3.
Penggunaan
sumber belajar dalam rangka mendukung program pengajaran yang melibatkan
aktivitas penyelidikan, misalnya suatu sumber belajar yang dapat diobservasi,
dianalisis, diidentifikasi, didata dan sebagainya.
4.
Penggunaan
sumber belajar yang dapat membantu pemecahan suatu masalah.
5.
Penggunaan
sumber belajar untuk mendukung pengajaran presentasi, misalnya: penggunaan
alat, pendekatan dan metode, strategi pengajaran dan sebagainya.[4]
C.
Pemilihan
Media dan Sumber Belajar
Dalam
menggunakan media pendidikan sebagai alat komunikasi khususnya dalam
hubungannya dengan masalah proses belajar, mengajar, kiranya harus didasarkan
pada kriteria pemilihan yang objektif. Sebab penggunaan media pendidikan tidak
sekadar menampilkan program pengajaran ke dalam kelas. Karena harus dikaitkan
dengan tujuan pengairan yang akan dicapai, strategi kegiatan belajar mengajar
dan bahan.
Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan terhadap pemilihan prioritas pengadaan media
pendidikan adalah sebagai berikut :
1.
Relevansi
pengadaan media pendidikan edukatif
2.
Kelayakan
pengadaan media pendidikan edukatif
3.
Kemudahan
pengadaan media pendidikan edukatif.
Bedasarkan
ketiga factor tersebut maka dalam memberikan prioritas pengadaan media
pendidikan perlu diadakan pengukuran untuk ketiga faktor tersebut sesuai dengan
jenis dan jenjang pendidikan sekolah. Setiap media memiliki keunggulan dan
kelemahan atau keterbatasan. Pengetahuan tentang keunggulan dan keterbatasan
setiap jenis media menjadi penting, sehingga guru dapat memperkecil kelemahan
atas media yang dipilih atau guru sekaligus dapat langsung memilih bedasarkan
kriteria yang dikehendaki.[5]
Kriteria
yang paling utama dalam pemilihan media adalah bahwa media adalah harus dengan
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Misalnya bila tujuan
atau kompetensi siswa bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang
tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami
isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan
pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video
bisa digunakan. Selain pertimbangan tersebut Sanjaya (2008) mengungkapkan
sejumlah pertimbangan lain yang dapat kita gunakan dalam memilih media
pembelajaran yang tepat, yakni dengan menggunakan kata ACTION (Access, Cost,
Technology, Interactivity, Organization, Novelty).
1.
1.Access,artinya
bahwa kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam pemilihan media.
2.
2.Cost, hal ini
menyangkut pertimbangan biaya. Biaya yang dikeluarkan
untuk penggunaan suatu media harus seimbang dengan manfaatnya.
untuk penggunaan suatu media harus seimbang dengan manfaatnya.
3.
3.Technology,
dalam pemilihan media perlu juga dipertimbangkan
ketersediaan teknologiya dan kemudahan dalam penggunaannnya.
ketersediaan teknologiya dan kemudahan dalam penggunaannnya.
4.
4.Interactivity,
media yang baik adalah media yang mampu menghadirkan
komunikasi dua arah atau interaktifitas.
komunikasi dua arah atau interaktifitas.
5.
5.Organization,
menyangkut pertimbangan dukungan organisasi atau
lembaga dan bagaimana pengorganisasiannya.
lembaga dan bagaimana pengorganisasiannya.
6.
6.Novelty,
menyangkut pertimbangan aspek kebaruan dari media yang
dipilih. Media yang lebih baru biasanya lebih menarik dan lebih baik.
dipilih. Media yang lebih baru biasanya lebih menarik dan lebih baik.
Kriteria
diatas mungkin juga berlaku untuk mempertimbangkan pemilihan sumber belajar.
Sudrajat (2008) lebih lanjut mengemukakan lima kriteria dalam pemilihan sumber
belajar, yaitu:
1.
1.Ekonomis,
sumber belajar yang digunakan tidak harus terpatok pada
harga yang mahal.
harga yang mahal.
2.
2.Praktis,
sumber belajar yang dipilih tidak memerlukan pengelolaan yang
rumit, sulit dan langka.
rumit, sulit dan langka.
3.
3.Mudah, sumber
belajar harus dekat dan tersedia di sekitar lingkungan
kita.
kita.
4.
4.Fleksibel,
artinya sumber belajar dapat dimanfaatkan untuk berbagai
tujuan instruksional
tujuan instruksional
5.
5.Sesuai dengan
tujuan, sumber belajar harus dapat mendukung proses dan
pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat
belajar siswa.[6]
pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat
belajar siswa.[6]
Menurut
Nana Sudjana tentang prinsip-prinsip penggunaan media agar mencapai hasil yang
baik yaitu:
1.
Menentukan jenis
media dengan tepat,
2.
Menetapkan atau
memperhitungkan subjek dengan tepat,
3.
Menyajikan media
dengan tepat,
4.
Menempatkan atau
memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
media
adalah proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.
Sumber
belajar adalah guru dan bahan-bahan pelajaran/bahan pengajaran baik buku-buku
bacaan atau semacamnya.
Penggunaan
Media Pembelajaran
a. Penggunaaan
media grafis
1) Bagan dan diagram
2) Grafik
3) Poster
4) Kartun
b. Media tiga dimensi
1) Model padat (solid model)
2) Model penampang (cutaway model)
3) Model susun (build model)
4) Model kerja (working model)
5) Mock-up
6) Diorama
7) Realia
Penggunaan
sumber belajar yang dibutuhkan bagi pengajaran adalah:
1.
Penggunaan
sumber belajar dalam rangka memotivasi,
2.
Penggunaan
sumber belajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran,
3.
Penggunaan
sumber belajar dalam rangka mendukung program pengajaran
4.
Penggunaan
sumber belajar yang dapat membantu pemecahan suatu masalah.
5.
Penggunaan
sumber belajar untuk mendukung pengajaran presentasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad.Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo, 2009
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta:Rineka Cipta, 2008
Rohani.Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2004
http://ki-stainsamarinda.blogspot.com/2012/08/penggunaan-media-sumber-belajar-dalam.html,
diakses pada tanggal 8 Oktober 2010.
[3] Mutiara Rindu, Media dan Sumber Belajar, http://reditayuke10.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html,
di akses pada tanggal 19 Februari 2012
[6] Ana Oqi, Media dan Sumber Belajar, http://info-makalah.blogspot.com/2011/07/media-dan-sumber-belajar.ht,
diakses pada tanggal 8 Oktober 2014
[7] Mahasiswa KI, Penggunaan Media Sumber Belajar, http://ki-stainsamarinda.blogspot.com/2012/08/penggunaan-media-sumber-belajar-dalam.html,
diakses pada tanggal 8 Oktober 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar