BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Konsep atomisme terbentuk akibat kecelakaan sejarah, yaitu fakta
bahwa para kimiawan dan fisikawan sebelum abad ke-19 mengira bahwa partikel
tidak dapat dibagi, sehingga dikenali sebagai a-tom tak terpenggal
dari tradisi kuno. Namun, pada abad ke-20 diketahuilah bahwa atom ternyata
terdiri dari entitas yang lebih kecil: elektron, neutron, dan proton.
Bahkan
percobaan tahap lanjut menunjukkan bahwa proton dan neutron terdiri dari
beberapa kuark. Kuark yang dimaksud ini secara empirik belum terbukti memiliki
substruktur. Meskipun penamaan ini menjadi kurang relevan, ungkapan
"kenyataan bendawi yang tidak dapat dibagi" masih menjadi pedoman di
dalam konsep atomisme.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas diantaranya sebagai berikut:
1.
Bagaimana
sejarah dan pengertian Atomisme ?
2.
Ada berapa
aliran atomisme ?
3.
Siapa saja
tokoh-tokoh atomiosme ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
dan Pengertian Atomisme
Atomisme adalah filsafat alam yang berkembang di beberapa peradaban
kuno. Di dalam peradaban Barat, atomisme merujuk pada Leukippos dan muridnya,
Democritus dari abad ke-5 SM. Pengikut atomisme ini mengajukan teori bahwa
dunia alami terdiri dari dua benda yang mendasar, saling berlawanan, dan tidak
dapat dibagi atom dan kehampaan. Atom tidak dapat diisi oleh
sesuatupun, atom bergerak di kehampaan menuju klaster yang berbeda-beda (dan
klaster-klaster ini membentuk senyawa-senyawa penghambat). Atom adalah
kenyataan bendawi terkecil, satuan bangunan yang tidak dapat dimusnahkan.
Kata atomisme diturunkan dari kata sifat bahasa
Yunani, atomos, yang arti harfiahnya adalah tidak dapat dipenggal “a
tomos” (tidak dapat dipenggal) tomos adalah sekawan dari kata kerja
bahasa Yunani temnein (memenggal)). Konsep atomisme terbentuk akibat
kecelakaan sejarah, yaitu fakta bahwa para kimiawan dan fisikawan sebelum abad
ke-19 mengira bahwa partikel tidak dapat dibagi, sehingga dikenali
sebagai a-tom tak terpenggal dari tradisi kuno. Namun, pada abad
ke-20 diketahuilah bahwa atom ternyata terdiri dari entitas yang lebih kecil:
elektron, neutron, dan proton. Bahkan percobaan tahap lanjut menunjukkan bahwa
proton dan neutron terdiri dari beberapa kuark. Kuark yang dimaksud ini secara
empirik belum terbukti memiliki substruktur. Meskipun penamaan ini menjadi
kurang relevan, ungkapan "kenyataan bendawi yang tidak dapat dibagi"
masih menjadi pedoman di dalam konsep atomisme.[1]
Atomisme
adalah teori filosofis dan ilmiah bahwa keyataan dibentuk oleh bagian-bagian
elementer yang tak dapat dibagi yang disebut atom. Dengan adanya eksistensi
atom maka akan terdapat juga lawan atom, atau “anti-atom” yaitu kekosongan. Democritus
dari Abdera (469-370) menamakannya atom,yang berasal dari “atomos” yang
dalam bahasa Yunani berati “tidak bisa dipotong”. Atom, menurut Democritus,
bagaikan blok-blok yang sangat kecil hingga tak terlihat lagi, yang tidak bisa
dibagi dan bersifat abadi.
Democritus
beranggapan bahwa ada tak terhingga jenis atom di alam semsta, di mana
masing-masing atom mempunyai sifat tersendiri. “Atom kayu”, sebagai contoh,
akan berperilaku berbeda dengan “Atom air”. Sifat-sifat dari atom yang akan
terasa oleh indra kita, sabagai warna, berat dan lain-lain. Perkembangan sains
telah mengidentifikasika sejumlah jenis atom, misal ferrum (besi) dan aurum
(emas) dan kombinasi atom-atom, misal air dari atom hidrogen dan atom oksigen.[2]
B.
Aliran
Atomisme
Alliran
atom terbagi menjadi tiga yaitu:
1)
Atomisme Logik
Doktrin
atomisme logik Wittgenstein bersandar pada prinsip penguraian (elucidation
priciple) dimana realitas dunia dan bahasa diuraikan hingga kekomponen-komponen
terkecil.
Wettgenstien
menegaskan bahwa logiak itu bukan sebuah teori tetapi suatu refleksi tentang
dunia. Karena itu logika bersifat transendental dalam arti mendasari kenyataan
dunia. Wettgenstein menekankan bahwa logika mengisi dunia dan dunia adalah
batas-batasnya. Jadi dalam logika tidak dapat dikatakan bahwa ini ada didunia
dan yang itu tidak ada. Atomisme Logik adalah suatu faham atau ajaran yang
berpandangan bahwa bahasa itu dapat dipecah menjadi proposisi-proposisi atomik
atau proposisi- proposisi elementer, melalui teknik analisa logik atau analisa
bahasa. Setiap proposisi atomik atau proposisi elementer itu tadi mengacu pada
atau mengungkapkan keperiadaan suatu fakta atomik yaitu bagian terkecil dari
realitas. Dengan pandangan yang demikian itu, kaum Atomisme Logik bermaksud
menunjukkan adanya hubungan yang mutlak antara bahasa dengan
realitas. Dalam konsep atau paham Atomisme Logis, terdapat tiga tokoh
utama yang dijadikan sumber kepustakaan bagi para peminat filsafat analitik.
Yakni Ludwig Wittgenstein, Bertrand Russel, dan G.E. Moore.
2)
Atomisme
Mu’tazilah
Abu
Huzail’ Allaf adalah filosof mu’tazilah yang pertama dalam dunia keilmuan islam
yang menelorkan qodhayah ini. Di dunia Islam atom disebut juz’u la
yatajazza’ atau sering dengan istilah jauhar fard. Jauhar fard
didefinisikan oleh Abu Huzail sebagai partikel automik yang tejatuh,
sehingga tak mempunyai sisi dan volume serta tak dapat disatukan atau dipisahkan.
Menurut dia segala sesuatu terbentuk dari jauhar fard, segala sesuatu
dapat terpecah menjadi partikel-partikel yang sederhana. Ketika
partikel-partikel ini menyatu maka terciptalah sebuah materi, sama halnya
ketika mereka terpisah yang terjadi adalah kerusakan dan kehancuran materi itu.
Mu’tazilah
berpandangan rasional liberal. Setiap benda mempunyai nature sendiri
menimbulkan efek tertentu dan tidak dapat menghasilkan efek lain. Api tidak
bias menghasilkan sesuatu kecuali panas, dan es tidak bias menghasilkan sesuatu
kecuali dingin.
3)
Atomisme
Asy’Ariyah
Menurut Asy’Ariyah atom adalah partikel
yang tak mampu lagi dipisahkan secara mutlak baik secara real maupun hipotesis.
Perkembangan sains bukan sekedar persoalan kapital melainkan teologis.
Persisnya evek pandngan dari teologi. Teologi merupakan bagian utama dari
pandangan dunia (word view) yang meluiskan kaitan antara sang pencipta dan yang
dicipta. Teologi atau ilmu kalam yang diajarkan di dunia islam termasuk di
Indonesia adalah aliran Asy’ariyah atau sering disebut sebagai aswaja.[3]
C.
Tokoh-Tokoh
Atomiosme
1.
Leukippos
Leukippos adalah seorang filsuf yang merintis madzhab Atomisme. Ia
juga merupakan guru dari Demokritos. Di dalam filsafat Atomisme, pemikiran
Demokritos lebih dikenal ketimbang Leukippos, meskipun amat sulit membedakan
antara pandangan Leukippos dan Demokritos. Para ahli masa kini menganggap bahwa
Leukippos merumuskan garis besar ajaran-ajaran atomisme, lalu Demokritos
mengembangkan pemikiran gurunya lebih lanjut.
Riwayat hidup Leukippos (sekitar abad ke-5 SM) sulit diketahui
sebab hanya sedikit sumber kuno yang berbicara tentang kehidupan dan karyanya.
Epikuros dan Samos bahkan membantah bahwa Leukippos adalah tokoh historis. Akan
tetapi, Aristoteles dan Theophrastos, muridnya, menyatakan Leukippos sebagai pendiri
mazhab Atomisme, dan kesaksian mereka lebih dipercaya para ahli masa
kini. Tempat kelahiran Leukippos tidak diketahui, namun ada sumber kuno
yang mengatakan bahwa Leukippos berasal dari kota Miletos atau kota Elea.
Leukippos dikatakan memiliki hubungan dengan mazhab Elea. Ada kemungkinan ia
menetap di Elea beberapa waktu dan merumuskan filsafatnya sebagai kritik atas
filsafat Elea.
Pemikiran tentang atom
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pemikiran Leukippos dan
Demokritos sulit untuk dipisahkan sehingga untuk mengetahui lebih banyak
tentang konsep atom kita perlu mempelajari Demokritos. Ada satu catatan
dari Simplicius yang berbicara sedikit tentang konsep atom Leukippos. Menurut
Leukippos tiap benda adalah atom. Atom adalah benda yang sangat kecil
sehingga tak dapat dibagi-bagi lagi. Karena kecilnya atom itu tidak kelihatan,
tetapi tetap ada, tidak hilang dan tidak berubah-ubah. Ia bergerak terus tidak
henti-hentinya (Hakim dan Saebani, 2008:168).
2. Demokritos
Demokritos adalah seorang filsuf yang termasuk di dalam Mazhab
Atomisme. Ia adalah murid dari Leukippos, pendiri mazhab tersebut. Demokritos
mengembangkan pemikiran tentang atom sehingga justru pemikiran Demokritos yang
lebih dikenal di dalam sejarah filsafat. Selain sebagai filsuf, Demokritos
juga dikenal menguasai banyak keahlian. Sayangnya, karya-karya Demokritos tidak
ada yang tersimpan. Demokritos menulis tentang ilmu alam, astronomi,
matematika, sastra, epistemologi, dan etika. Ada sekitar 300 kutipan tentang
pemikiran Demokritos di dalam sumber-sumber kuno. Sebagian besar
kutipan-kutipan tersebut berisi tentang etika.
Riwayat Hidup
Demokritos lahir di kota Abdera, Yunani Utara. Ia hidup sekitar
tahun 460 SM hingga 370 SM. Ia berasal dari keluarga kaya raya. Pada waktu ia
masih muda, ia menggunakan warisannya untuk pergi ke Mesir dan negeri-negeri
Timur lainnya. Selain menjadi murid Leukippos, Ia juga belajar kepada
Anaxagoras dan Philolaos. Hanya sedikit yang dapat diketahui dari riwayat hidup
Demokritos. Banyak data tentang kehidupannya telah tercampur dengan
legenda-legenda yang kebenarannya sulit dipercaya. Meskipun ia hidup
sezaman dengan Sokrates, bahkan usianya lebih muda, namun Demokritos tetap
digolongkan sebagai filsuf pra-sokratik. Hal ini dikarenakan ia melanjutkan dan
mengembangkan ajaran atomisme dari Leukippos yang merupakan filsuf
pra-sokratik. Ajaran Leukippos dan Demokritos bahkan hampir tidak dapat
dipisahkan. Selain itu, filsafat Demokritos tidak dikenal di Athena untuk waktu
yang cukup lama. Misalnya saja, Plato tidak mengetahui apa-apa tentang
Atomisme. Baru Aristoteles yang kemudian menaruh perhatian besar terhadap
pandangan atomisme.
Pemikiran Tentang Atom
Demokritos dan gurunya, Leukippos, berpendapat bahwa atom adalah
unsur-unsur yang membentuk realitas. Di sini, mereka setuju dengan ajaran
pluralisme Empedokles dan Anaxagoras bahwa realitas terdiri dari banyak unsur,
bukan satu. Akan tetapi, bertentangan dengan Empedokles dan Anaxagoras,
Demokritos menganggap bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibagi-bagi lagi.
Karena itulah, unsur-unsur tersebut diberi nama atom (bahasa Yunani atomos: a
berarti "tidak" dan tomos berarti
"terbagi"). Atom-atom tersebut merupakan unsur-unsur terkecil
yang membentuk realitas. Ukurannya begitu kecil sehingga mata manusia tidak
dapat melihatnya. Selain itu, atom juga tidak memiliki kualitas, seperti panas
atau manis. Hal itu pula yang membedakan dengan konsep zat-zat Empedokles dan
benih-benih dari Anaxagoras. Atom-atom tersebut berbeda satu dengan yang
lainnya melalui tiga hal: bentuknya(seperti huruf A berbeda dengan huruf N),
urutannya (seperti AN berbeda dengan NA), dan posisinya (huruf A berbeda dengan
Z dalam urutan abjad). Dengan demikian, atom memiliki kuantitas belaka,
termasuk juga massa. Jumlah atom yang membentuk realitas ini tidak berhingga.
Selain itu, atom juga dipandang sebagai tidak dijadikan, tidak
dapat dimusnahkan, dan tidak berubah. Yang terjadi pada atom adalah gerak.
Karena itu, Demokritus menyatakan bahwa "prinsip dasar alam semesta adalah
atom-atom dan kekosongan". Jika ada ruang kosong, maka atom-atom itu dapat
bergerak. Demokritus membandingkan gerak atom dengan situasi ketika sinar
matahari memasuki kamar yang gelap gulita melalui retak-retak jendela. Di situ
akan terlihat bagaimana debu bergerak ke semua jurusan, walaupun tidak ada
angin yang menyebabkannya bergerak. Dengan demikian, tidak diperlukan prinsip
lain untuk membuat atom-atom itu bergerak, seperti prinsip "cinta"
dan "benci" menurut Empedokles. Adanya ruang kosong sudah cukup
membuat atom-atom itu bergerak.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Atomisme
adalah suatu aliran filsafat alam yang tidak banyak diperdebatkan; bukan karena
kontraversial, melainkan para ahli filsafat lain pada umumnya menyetujui
pemikiran Democritus dan Leucippus. Apa yang dinamakan atom oleh Democritus
akan terus berkembang sejalan dengan penemuan-penemuan baru. Atomisme sangat
berguna dalam memecahkan apakaah alam sebenarnya?, antara lain melalui ilmu
pengetahuan (sains). Peran lain yang diberikan contohnya keseimbangan atom dan
kekosongan, yang kemudian disebut hukum kekekalan massa.
Sains
di abad 18 dan 19 telah memperkuat argumen atomisme, dan kini atomisme
dipergunakan secara luas dalam ilmu pengetahuan, antara lain dalam simulasi
dinamika molekul, seorang ilmuan menghitung suhu benda dilihat dari atom-atom.
Dapat diperdebatkan bahwa hasil sains sepaham dengan atomisme karena metode
ilmiah yang digunakan memang atomisme. Kuantitas- kuantitas fisika yang
didapatkan secara matematis serting kali didapatkan sebagai integral
komponen-komponen kecilnya, yang dengan sendirinya adalah atomisme.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Iswatun Hasanah, Filsafat Atomisme, http://iswatunhasanah72.blogspot.com/2013/11/makalah-filsafat-tentang-atomisme.html, diakses pada tanggal 7 Nopember 2014.
[2] Aan Cisara, Filsafat Atomisme, http://buahfikkir.blogspot.com/2011/09/makalah-filsafat_980.html, diakses pada tanggal 7 Nopember 2014.
[3]
Iswatun Hasanah, Filsafat Atomisme, http://iswatunhasanah72.blogspot.com/2013/11/makalah-filsafat-tentang-atomisme.html, diakses pada tanggal 7 Nopember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar