Kamis, 13 November 2014

Filsafat ismail Al faruqi

BAB I
PENDAHULUAN

Islamisasi pengetahuan sebenarnya adalah sebuah gagasan upaya untuk menetralisir pengaruh sains Barat modern sekaligus menjadikan Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan yang juga sebagai upaya membersihkan pemikiran-pemikiran Muslim dari pengaruh negatif kaidah-kaidah berpikir ala sains modern, sehingga pemikiran Muslim benar-benar steril dari konsep sekuler. Banyak pemahaman ilmu pengetahuan yang terlanjur dapat digeser dan diganti dengan pemahaman-pemahaman yang mengacu pada pesan-pesan Islam, manakala “proyek Islamisasi Pengetahuan” benar-benar digarap secara serius dan maksimal, sebagai tindak lanjut para pemikir Muslim harus berupaya keras merumuskan islamisasi pengetahuan secara teoritis dan konseptual yang didasarkan argumen rasional dan wahyu Tuhan.
Keprihatinan Faruqi terhadap kondisi umat Islam yang tenggelam dalam adopsi sistem pendidikan barat, maka menurutnya, tidak ada cara lain untuk membangkitkan Islam dan menolong nestapa dunia, kecuali dengan mengkaji kembali kultur keilmuan Islam masa lalu, masa kini dan keilmuan barat, untuk kemudian mengolahnya menjadi keilmuan yang rahmatan li al ‘alamin, melalui apa yang disebut “islamisasi ilmu” yang kemudian disosialisasikan lewat sistem pendidikan Islam yang integral
Islamisasi merupakan sebuah karkter dan identitas Islam sebagai pandangan hidup (worldview) yang di dalamnya terdapat pandangan integral terhadap konsep ilmu (epistemology) dan konsep Tuhan (theology).
Dalam makalah ini pemakalah akan membahas tentang Islamisasi pengetahuan menurut Ismail Raji Al-Faruqi Disamping itu akan dijelaskan mengenai masalah mendasar dari kurikulum pendidikan, tujuan, dan metode pendidikan pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian pendidikan menurut Ismail Raji Al-Faruqi
Menurut Al-Faruqi di buku Mendidik Generasi Baru Muslim oleh Dr. Muhammad Shafiq banyak mengemukakan gagasan serta pemikiran yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam. Bagi, Al-Faruqi, islamisasi ilmu pengetahuan merupakan untuk keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh para ilmuwan muslim. Apa yang telah berkembang di dunia Barat dan merasuki dunia Islam saat ini sangatlah tidak cocok untuk umat Islam. Ilmu social barat tidak sempurna dan jelas bercorak barat juga melanggar salah satu syarat krusial dari metodologi Islam, yaitu kesatuan kebenaran. Ia menambahkan adanya sesuatu yang khas Islam.[1]
Dalam setiap bidang, politik, ekonomi, dan budaya, umat Islam terpinggirkan, kalah oleh dominasi Barat. Sistem pendidikan yang mengasingkan muslim dari agamanya sendiri dan dari sejarah kegemilangan agamanya yang seharusnya menjadi sumber kebanggaannya. Dengan membenahi sistem pendidikan yang memisahkan antara ilmu agama (madrasah) dan ilmu no-agama (sekolah, universitas) mesti dipadukan kembali. Al-Faruqi menjelaskan arti Islamisasi pada tingkat kongkretnya sebagai berikut : “ Islamisasi sains adalah islamisasi disiplin-displin ilmu, atau tepatnya, memproduksi buku-buku teks universitas yang telah dibentuk kembali menuruti visi Islam, dalam sekitar dua puluh disiplin”.[2]
Ide islamisasi ilmu pengetahuan yang dicetuskan Al-Faruqi berkaitan erat dengan idenya tentang tauhid. Hal ini terangkum dalam prinsip tauhid ideasionalitas dan teologi.[3]
Sebagai prinsip pengetahuan, tauhid adalah pengakuan bahwa Allah, yakni kebenaran (Al-Haq). Itu ada dan bahwa Dia itu Esa. Pengakuan tentang kebenaran itu bias diketahui bahwa manusia mampu mencapainya.[4]
Menurut Ismail R. al-Faruqi di buku Islamisasi pengetahuan, dalam pendefinisian atau pengertian tentang islamisasi ilmu pengetahuan, dia menjelaskan bahwa pengertian dari islamisasi ilmu yaitu sebagai usaha untuk memfokuskan kembali ilmu yaitu, untuk mendefinisikan kembali, menyusun ulang data, memikir kembali argumen dan rasionalisasi yang berhubungan dengan data itu, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran, membentuk kembali tujuan dan disiplin itu ditujukan memperkaya visi dan perjuangan Islam. Al-Faruqi menggariskan beberapa prinsip dalam pandangan Islam sebagai kerangka pemikiran metodologi dan cara hidup Islam. Faruqi meletakkan pondasi epistemologinya islamisasi ilmunya pada prinsip tauhid yang terdiri dari lima macam kesatuan,[5] Prinsip-prinsip tersebut ialah:
1)             Keesaan Allah yaitu bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, yang menciptakan dan memelihara semesta.
2)             Kesatuan alam semesta yaitu bahwa semesta ini baik yang material, biologis, sosial, adalah kesatuan yang integral. Masing-masing saling terkait dan saling menyempurnakan dalam ketentuan hukum alam (sunnatullah).[6]
3)             Kesatuan Kebenaran dan Kesatuan Pengetahuan. Menurut al-Faruqi, kebenaran wahyu dan kebenaran akal itu tidak bertentangan tetapi saling berhubungan dan keduanya saling melengkapi. Karena bagaimanapun, kepercayaan terhadap agama yang di topang oleh wahyu merupakan pemberian dari Allah dan akal juga merupakan pemberian dari Allah yang diciptakan untuk mencari kebenaran. Syarat-syarat kesatuan kebenaran menurut al-Faruqi yaitu: pertama, kesatuan kebenaran tidak boleh bertentangan dengan realitas sebab wahyu merupakan firman dari Allah yang pasti cocok dengan realitas. Kedua, kesatuan kebenaran yang dirumuskan, antara wahyu dan kebenaran tidak boleh ada pertentangan, prinsip ini bersifat mutlak. Dan ketiga, kesatuan kebenaran sifatnya tidak terbatas dan tidak ada akhir. Karena pola dari Allah tidak terhingga, oleh karena itu diperlukan sifat yang terbuka terhadap segala sesuatu yang baru.[7]
4)             Kesatuan Hidup yaitu kehendak Tuhan terdiri atas dua macam. Pertama berupa hukum alam (sunnah Allah) dan yang kedua berupa hukum moral yang harus dipatuhi, agama. Kedua hukum ini berjalan seiring, senada, seirama dalam kepribadian muslim. Konsekuensinya, tidak ada pemisahan antara yang bersifat spiritual dan material, antara jasmani dan ruhani.[8]
5)             Kesatuan Umat Manusia yaitu Islam menganjurkan kebebasan dalam hubungannya dengan kemanusiaan tanpa batas-batas yang senantiasa menghampiri mereka. Dalam konteks ilmu pengetahuan, nampak bahwa keinginan Al-Faruqi, ilmuwan beserta penemuannya, hendaknya memberi kesejahteraan kepada umat manusia tanpa memandang etnis. Ketaqwaan yang dipergunakan oleh Islam yang membebaskan dari belenggu himpitan dunia hendaknya menjadi landasan bagi para ilmuan[9]
B.            Tujuan pendidikan menurut Ismail Raji Al-Faruqi
Rencana kerja islamisasi pengetahuan yang digagas oleh al Faruqi bertujuan untuk :
1)             penguasaan disiplin ilmu modern,
2)             penguasaan khazanah Islam,
3)             penentuan relevansi Islam bagi masing-masing bidang ilmu modern,
4)             pencarian sintesa kreatif antara khazanah Islam dengan ilmu modern, dan
5)             pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan-jalan yang mencapai pemenuhan pola rencana Allah Swt.[10]
Untuk mencapai tujuan ini ia mendirikan Himpunan Sosial Muslim ( The Assosiation of Muslim Social Scientists). Al-Faruqi berperan penting dalam pembentukan lembaga internasional The Internatioal Istitute of Islamic Thought (IIIT). Kedua lembaga tersebut secara bersama-sama meneebitkan jurnal American Jounal of Islamic Social Sciences.
C.           Kurikulum dan materi menurut Ismail Raji Al-Faruqi
Berkenaan dengan kurikulum, Al-Faruqi ingin membuat kurikulum yang diperuntukkan bagi pendidikan para sarjana-MA dalam bidang humaniora, yakni selama empat tahun. Periode ini dibagi menjadi dua-tahunan tahapan, meliputi tingkat senior. Setelah meyelesaikan tinkat junior, mahasiswa diwajibkan mengikuti ujian komprehensif. Jika lulus, ia boleh melanjtkan ke tingkat senior dan menerima subsidi (gaji). Setelah lulus dari tingkat senior, dia akan menerima gelar diploma dan ditawari untuk bergabung dengan institute menjadi anggota staf peneliti atau memilih, atas bantuan institute, melanjutkan kuliah untuk meraih gelar Ph. D. dalam bidang studi Islam di Universitas Pakistan.[11]
1.             Kurikulum tingkat junior
Tahun pertama    
Bahasa                   :       seorang kandidat harus mengambil kursus setiap hari dalam tata bahasa Arab.
Sejarah pemikiran  : meliputi  pemikiran pra Islam di Timur dekat, mengkaji perkembangan latar belakang politik Muslim, ekonomi, kondisi-kondisi social dan permasalahan yang timbul dalam hubungannya dengan dunia luar.
Tahun kedua
Dokrin Islam          : bacaan yang disediakan berupa teks-teks berbahasa Arab berkaitan dengan materi wahyu dan kenabian, manusia, masyarakat, ummah, dan tujuan Islam
Al Qur’an               : perkuliahan yang diselenggarakan harus mampu menyajikan pembacaan kritis terhadap al Qur’an untuk mencapai sistematisasi topic pokok-pokok pikiran dalam al Qur’an
Filsafat                   : mencangkup filsafat Islam dari periode Mu’tazilah sampai Muhammad iqbal.[12]
2.             Kurikulum tingkat senior
Tahun pertama
Hadis                     : studi mengacu pada studi kritis atas enam periwayat hadist tsiqah dengan usaha membuat klasifikasi hadis sesuai sistematika dan kebutuhan fiqh dan membuat sistematika hadis sesuai topik bahasan
Fiqh                        : studi diarahkan untuk menguasai 5 madzhab hokum : hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali dan Ja’fari
‘Ilm al-Ushul          : yaknni sebagaimana yang pernah diberikan oleh Rahman dan al-Faruqi dalam sebuah seminar yang mencakup studi-studi tentang prinsip-prinsip hokum Islam
Tahun kedua
Gerakan pembaharuan  :    mengkaji gerakan-gerakan pembaharuan Ibn Taymiyah, Wahabiyah, Syah Wali Allah, Sanusiayah, Al-Afghani, Abduh, Rida dan golongan salafiyah
Masyarakat muslim       :    mengkaji dasar-dasar politik, ekonomi dan ideology masyarakat Muslim
Sejarah agama               :    penggunaan pendekatan-pendekatan lainya, ilmu-ilmu mengenai bangsa Semit dan peradaban jahiliyah[13]          
Akan merupakan langkah yang besar ke depan jika universitas-universitas dan sekolah-sekolah tinggi di Dunia Islam mengadakan pelajaran-pelajaran wajib mengenai kebudayaan Islam sebagai bagian dari program studi-studi pokok mereka bagi semua siswa. Hal ini akan membuat para siswa merasa yakin kepada agama dan warisan mereka, dan membuat mereka menaruh kepercayaan kepada diri sendiri sehingga dapat menghadapi dan mengatasi kesulitan-kesulitan mereka di masa kini atau melaju ke tujua yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala kepada mereka.[14]
D.           Metode pendidikan menurut Ismail Raji Al-Faruqi
Langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai proses Islamisasi Pengetahuan adalah menurut Al-Faruqi ada 12 langkah, sebagai berikut:
1.             Penguasaan disiplin ilmu modern: penguraian kategoris. Disiplin ilmu dalam tingkat kemujuannya sekarang di Barat harus dipecah-pecah menjadi kategori-ketegori, prinsip-prinsip, metodologi-metodologi, problema, dan tema.
2.             Survei disiplin ilmu. Semua disiplin ilmu harus disurvei, dan harus ditulis dalam bentuk bagan mengenai asal-usul dan perkembangannya beserta pertumbuhan metodologisnya, perluasan cakrawala wawasanya dan tak lupa membangun pemikiran yang diberikan oleh para tokoh utamanya.
3.             Penguasaan khazanah Islam: sebuah Antologi-antologi mengenai warisan pemikir muslim yang berkaitan dengan disiplin ilmu.
4.             Penguasaan khazanah Islam tahap analisa. Antologi yang telah disiapkan, khazanah pemikir Islam harus beranalisa dari perspektif masalah-masalah masa kini.
5.             Penentuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu. Relevensi dapat ditetapkan dengan mengajukan tiga persoalan. Pertama, apa yang telah disumbangkan oleh Islam. Kedua, seberapa besar sumbangan itu jika dibandingkan dengan hasil-hasil yang telah diperoleh oleh disiplin modern tersebut. Ketiga, apabila ada bidang-bidang masalah yang sedikit diperhatikan atau sama sekali tidak diperhatikan oleh khazanah islam.
6.             Penilaian kritis terhadap disiplin ilmu modern: perkembangannya di masa kini.
7.             Penilaian kritis terhadap khazanah Islam: tingkatan perkembangannya dewasa ini.
8.             Survei permasalahan yang dihadapi umat islam. suatu studi yang sistematis harus dibuat tentang masalah-masalah politik, social ekonomi, intelektual, cultural, moral dan spiritual dari kaum muslim
9.             Survei permasalahan yang dihadapi umat manusia. Suatu studi yang sama, kali ini difokuskan pada seluruh umat manusia, harus dilaksanakan
10.         Analisa kreatif dan sintesa. Pada tahap ini sarjana muslim harus sudah siap melakukan sintesa antara khazanah-khazanah Islam dan displin modern, serta untuk menjembatani jurang kemandengan berabad-abad.
11.         Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka islam: buku-buku daras tingkat universitas. Buku-buku teks universitas harus ditulis untuk menuangkan kembali disiplin-disiplin modern dalam cetakan Islam.
12.         Penyebarluasan ilmu-ilmu yang telah diislamisasikan[15]
Dari langkah-langkah dan rencana sistematis seperti yang terlihat diatas, tanpaknya bahwa langkah islamisasi sains pada akhirnya merupakan usaha menuangkan kembali seluruh khazanah pengetahuan Barat ke dalam kerangka Islam.


BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Islamisasi ilmu yaitu mendefinisikan kembali, menyusun ulang data, memikir kembali argumen dan rasionalisasi yang berhubungan dengan data, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran, membentuk kembali tujuan dan disiplin ditujukan memperkaya visi dan perjuangan Islam
Rencana kerja islamisasi pengetahuan bertujuan untuk :
1)             penguasaan disiplin ilmu modern,
2)             penguasaan khazanah Islam,
3)             penentuan relevansi Islam bagi masing-masing bidang ilmu modern,
4)             pencarian sintesa kreatif antara khazanah Islam dengan ilmu modern, dan
5)             pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan-jalan yang mencapai pemenuhan pola rencana Allah Swt
Berkenaan dengan kurikulum diperuntukkan bagi pendidikan para sarjana-MA dalam bidang humaniora, yakni selama empat tahun. Periode ini dibagi menjadi dua-tahunan tahapan, meliputi tingkat senior. Setelah meyelesaikan tingkat junior.
Langkah-langkah untuk mencapai Islamisasi
1)             Penguasaan disiplin ilmu modern
2)             Survei disiplin ilmu.
3)             Penguasaan khazanah Islam
4)             Penguasaan khazanah Islam tahap analisa
5)             Penentuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu.
6)             Penilaian kritis terhadap disiplin ilmu modern
7)             Penilaian kritis terhadap khazanah Islam
8)             Survei permasalahan yang dihadapi umat islam
9)             Survei permasalahan yang dihadapi umat manusia
10)         Analisa kreatif dan sintesa
11)         Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka islam
12)         Penyebarluasan ilmu-ilmu yang telah diislamisasikan


DAFTAR PUSTAKA

Saefuddin, Am, Islamisasi Sains dan Kampus,  Jakarta : PPA Counsultans, 2010
al-Faruqi, Ismail Raji, Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Mahyudin,  Bandung : Pustaka, 1995
Shafiq, Muhammad, Mendidik Generasi Baru Muslim,  Jakarta : Pustaka Pelajar, 2000




[1] Am Saefuddin, Islamisasi Sains dan Kampus, ( Jakarta : PPA Counsultans, 2010 ), hal. 65-69
[2] Ibid,. hal. 70
[3] Ibid.
[4] Ibid,. hal. 68
[5] Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Mahyudin, ( Bandung : Pustaka, 1995 ) hal. 55-96.
[6] Ibid,. hal. 58-66.
[7] Ibid,. hal. 40-41.
[8] Ibid,. hal. 85.
[9] Ibid,. hal. 48.
[10] Ibid,. hal. 55-96
[11] Muhammad Shafiq, Mendidik Generasi Baru Muslim, ( Jakarta : Pustaka Pelajar, 2000 ), hal. 33-34.
[12] Ibid,. hal. 34-35.
[13] Ibid,. hal.35-36.
[14] Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan,  hal. 33
[15] Am Saefuddin, Islamisasi Sains dan Kampus, hal. 74-76.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar